PENGANTAR FILSAFAT


PENGANTAR KE FILSAFAT
Manusia di atas bumi memiliki kebebasan untuk bertindak!, akan tetapi kita (manusia) mengikatkan diri, sekaligus membebaskan diri berdasarkan agama. Menurut pendekatan Islam, manusia bertugas sebagai abid dan khalifah.
Dalam diri manusia terdapat 3 model yang harus diterima dan dilakukan :
• Ikhtiar => Kemerdekaan manusia berusaha
• Taqdir => Keharusan universal
• Ikhlas => Kunci kebahagian hidup manusia, tidak ada kebahagiaan sejati tanpa keikhlasan, dimana keikhlasan selalu ada.
Keikhlasan yang insani tidak mungkin ada tanpa kemerdekaan, (kemerdekaan dalam arti) :
• Kerja sukarela tanpa paksaan yang didorong oleh kemauan murni
• Kebebasan memilih sehingga pekerjaan itu benar-benar dilakukan sejalan dengan hati nurani
Keikhlasan, merupakan pernyataan kreatif kehidupan manusia yang berasal dari perkembangan tidak terkekang daripada kemauan yang sebaik-baiknya.
Dua aspek kehidupan manusia
a. Dunia : bersifat temporer
Amal perbuatan dengan akibat baik dan buruk yang harus ditanggung secara individual dan komunal sekaligus.
b. Akhirat : Abadi/Kekal/Eternal
Pertanggung jawaban secara individual dan mutlak.

Jadi Individualitas :
Kenyataan azasi yang pertama dan terakhir daripada kemanusiaan dan letak sebenarnya daripada nilai kemanusiaan itu sendiri, maka individualitas hanyalah yang azasi dan primer saja daripada kemanusiaan.
Kenyataan lain, sekalipun bersifat sekunder ialah bahwa individu dalam suatu bentuk hubungan tertentu dengan dunia sekitarnya.
Manusia hidup ditengah sesamanya. Kemerdekaan harus diciptakan untuk pribadi dalam konteks hidup ditengah alam dan masyarakat, sekalipun kemerdekaan adalah aesensi daripada kemanusiaan tidaklah berarti manusia selalu dan dimana saja merdeka adanya batas-batas tertentu itu dikarenakan adanya hukum. Hukum yang menguasai benda dan masyarakat, manusia sendiri tidak tunduk dan tidak pula tergantung kepada kemauan manusia, "keharusan universal" atau kepastian hukum atau takdir.
Jadi kalau kemerdekaan pribadi diwujudkan dalam kontek hidup di tengah alam dan masyarakat dimana terdapat "keharusan universal" yang tidak tertaklukkan, maka apakah bentuk hubungan yang dipunyai oleh seseorang kepada dunia sekitarnya, sudah tentu hubungan penyerahan.
Pengakuan adanya kepastian hukum atau takdir hanyalah pengakuan akan adanya BATAS-BATAS KEMERDEKAAN. Sebaliknya suatu persaratan yang positif daripada kemerdekaan adalah: “pengetahuan tentang adanya kemungkinan-kemungkinan kreatif manusia, yaitu tempat bagi adanya usaha yang bebas dan bertanggungjawab' (dinamakan IKHTIAR artinya pilihan merdeka).
Ikhtiar adalah kegiatan merdeka dari individu yang berarti kegiatan dari manusia merdeka.
Pengetahuan adalah : segala hal yang diketahui tentang obyek tertentu
Berdasarkan fungsi/kegunaan pengetahuan dibagi tiga katagori yaitu :
• ETIKA => Pengetahuan tentang baik dan buruk
• ESTETIKA => Pengetahuan tentang yang indah dan jelek
• LOGIKA => Pengetahuan tentang yang benar dan yang salah
Berdasarkan sumbernya, pengetahuan dibagi atas :
1. FIKIRAN; PERASAAN; INDERA; INTUISI; WAHYU
ILMU merupakan pengetahuan yang termasuk katagori logika dan gabungan dari sumber fikiran (rasio) dan indra yang disusun secara sistematis, diolah dengan metode tertentu, sehingga diperoleh hubungan kausalitas, fakta teori atau hukum.
Berfilsafat adalah mencari kebenaran dari kebenaran untuk kebenaran dengan berfikir seradikal-radikalnya, sistematis dan universal tentang fenomena alam semesta.
BERFILSAFAT => ketika ilmu sudah mencapai batas kemampuan
BERNALAR => kegiatan berolah fikir => prosesnya disebut penalaran
MENGAPA KITA PERLU MEMPELAJARI FILSAFAT ILMU?
Tujuannya adalah untuk mengembangkan kemampuan melakukan penalaran secara ilmiah.
Filsafat ilmu dapat ditelusuri melalui tiga pembeda:
1. ONTOLOGI => Melalui apa ? => Substansi
2. EPISTOMOLOGI => Bagaimana ? => Proses
3. AKSIOLOGI => Untuk apa ? => Manfaat
Pengetahuan tersebut diketahui, disusun dan dimanfaatkan. Dalam upaya menemukan kebenaran ilmu, mencerdaskan kepada kriteria/ciri/teori:
• KOHERENSI : Ciri kebenaran yang bertumpu kepada azas konsistensi
• KORENPONDENSI : Ciri kebenaran yang bertumpu kepada kesesuaian antara materi yang dikandung oleh suatu pernyataan dengan obyek yang dikenai pernyataan dengan obyek yang dikenai pernyataan itu
• PRAGMATISME : Ciri kebenaran yang bertumpu kepada berfungsi atau tidaknya suatu pernyataan dalam lingkup, ruang dan waktu tertentu.
Tingkat kebenaran dalam AL-QUR'AN :
1. ILMUL YAKIN => Kebenaran berdasarkan nalar/rasio
2. AINNUL YAKIN => Kebenaran berdasarkan fakta
3. HAQQUL YAKIN => Kebenaran yang haq/mutlak
INSTITUT KEBENARAN
Manusia adalah mahluk pencari kebenaran. Ada tiga cara/jalan untuk mencari, menghampiri dan menemukan kebenaran yaitu : ilmu, filsafat dan agama. Ke tiga institut tersebut mempunyai titik persamaan, titik perbedaan dan titik singgung yang selalu terdapat dengan yang lainnya.
A. ILMU
Mohammad Hatta (1954), mengatakan bahwa pengetahuan yang didapat dari pengetahuan disebut pengetahuan pengalaman (pengetahuan), sedangkan pengetahuan yang didapat dari keterangan/penjelasan disebut ilmu.
Langeveld (1955) mengemukakan bahwa pengetahuan adalah kesatuan subyek yang mengetahui dan obyek yang diketahui. Suatu kesatuan dalam obyek itu dipandang oleh subyek sebagai diketahuinya.
Jame K. Feibleman (1963) merumuskan Knowledge : relation between object and subject (pengetahuan adalah hubungan antara obyek dan subyek).
Dalam Ensiklopedia Indonesia : Menurut epistomologi setiap pengetahuan manusia adalah hasil dari berkontaknya dua macam besaran, yaitu:
a. Benda atau yang diperiksa, diselidiki dan akhirnya diketahui (obyek)
b. Manusia yang melakukan pelbagai pemeriksaan dan penyelidikan dan akhirnya mengetahui/mengenal benda atau hal lainya. Hasil usaha pemahaman manusia yang disusun dalam suatu sistema mengenai kenyataan, struktur, pembagian, bagian-bagian dan hukum tentang hal ikhwal yang diselidiki (alam, manusia dan juga agama). Sejauh yang dapat dijangkau daya pemikiran manusia yang dibantu penginderaannya diuji secara empirik, riset dan eksperimental.
B. FILSAFAT
Mencoba menjawab masalah yang tidak dapat dijawab oleh ilmu pengetahuan biasa, karena masalah-masalahnya diluar atau diatas jangkauan ilmu pengetahuan biasa.
Hasil daya upaya manusia dengan akal budinya untuk memahami (mendalami, menyelami) secara radikal dan integral "HAKEKAT SARWA" yang ada.
HAKIKAT => TUHAN, ALAM, DAN MANUSIA serta sikap manusia termaksud dalam konsekwensi dari faham (pemahamannya) tersebut.
Pudjawijatna (1963), menerangkan : "Filo artinya cinta". Dalam arti seluas-luasnya yaitu ingin dan karena ingin itu lalu berusaha mencapai yang diinginkan. Sofia artinya kebijaksanaan. Bijaksana ini pun adalah kata asing, dan artinya pandai, mengerti dengan mendalam.
Jadi filsafat menurut namanya dimaknakan: ingin mengerti dengan mendalam atau cinta kepada kebijaksanaan.
Soemadi Soerjabrata (1970), menerangkan kata sophia dikenal pada zaman Homerus (kira-kira 700 sm) yang mempunyai arti (kira-kira 485 sm) yang berarti mencintai kebenaran.
Kata philosophos dikemukakan oleh Herakleitos (540 - 480 sm), yang mempunyai arti ahli filsafat yang berpengetahuan luas sebagai pengejawantahan dari kecintaan akan kebenaran. Sementara orang mengatakan bahwa Phytagoras (580 - 500 sm) yang mengemukakan philosophos.
Pada masa kaum Sofis dan Socrates memberi arti philosophein sebagai penguasaan secara sistimatis dari pengetahuan theoris. Philosophia adalah hasil dari perbuatan (philosophein), sedangkan philosophos adalah orang yang melakukan philosophein.
Maka dari kata philosophia, timbul kata-kata Chilosophia (latin), philosophie (Belanda), phisolophie (Jerman), philosophy (Inggris), philosophie (Perancis) dan bahasa Indonesia disebut filsafat atau falsafah.
C. AGAMA
Satu sistema (tata keimanan atau tata keyakinan) atas adanya sesuatu yang mutlak di luar manusia.
Satu sistema RITUS (tata peribadatan) manusia kepada yang dianggapnya mutlak.
Satu sistema NORMA (tata kaidah) yang mengatur hubungan manusia dan alam lainnya sesuai dengan sejalan peribadatan termaksud diatas.
TITIK PERSAMAAN
Titik persamaan, baik ILMU, maupun FILSAFAT ataupun AGAMA bertujuan sekurang-kurangnya berurusan dengan hal yang sama => dalam segi KEBENARAN.
ILMU PENGETAHUAN dengan metodenya sendiri mencari kebenaran tentang alam (termasuk di dalamnya manusia), kemudian FILSAFAT dengan wataknya sendiri pula menghampiri kebenaran baik tentang alam, maupun tentang manusia yang tidak dijawab oleh ilmu karena diluar jangkauannya ataupun tentang TUHAN.
AGAMA dengan karakteristiknya pula memberikan jawaban atas persoalan azasi yang mempertanyakan manusia baik tentang alam maupun tentang manusia atau tentang TUHAN.
TITIK PERBEDAAN
Baik ILMU maupun FILSAFAT keduanya dari sumber yang sama yaitu RA'YU (akal, budi, rasio, nouse, ride, know), sedangkan AGAMA bersumber dari WAHYU ALLAH, SWT.
ILMU PENGETAHUAN diperoleh dengan jalan riset dan pengalaman (EMPIRIK), percobaan (EXPERIMEN) sebagai batu ujian. FILSAFAT menghampiri KEBENARAN dengan cara mengembarakan atau mengelanakan akal budi secara RADIKAL (mengakar) dan INTEGRAL (menyeluruh) serta UNIVERSAL (mengalam), tidak merasa terikat oleh ikatan apapun kecuali karena tangannya sendiri (LOGIKA).
Manusia mencari dan menemukan kebenaran dengan mendalami AGAMA dengan jalan mempertanyakan (mencari jawaban tentang berbagai masalah azasi dari ataupun kepada kitab suci, kodifikasi firman ILLAHI untuk manusia di atas planet bumi.
Kebenaran ILMU adalah KEBENARAN POSITIF yaitu berlaku sampai saat ini, KEBENARAN FILSAFAT adalah kebenaran SPEKULATIF atau dugaan yang tidak dapat dibuktikan secara EMPIRIK atau EKSPERIMENTAL. Baik kebenaran ILMU maupun KEBENARAN FILSAFAT disebut KEBENARAN RELATIF (NISBI), sedangkan KEBENARAN AGAMA adalah KEBENARAN MUTLAK (absolut) ; karena AGAMA diturunkan oleh Yang Maha Sempurna.
Baik ILMU maupun FILSAFAT kedua-duanya diawali oleh rasa SANKSI/TIDAK PERCAYA sedangkan AGAMA dimulai dengan sikap PERCAYA atau IMAN.
TITIK SINGGUNG
Titik singgung FILSAFAT, ILMU dan AGAMA, tidak semua masalah yang dipertanyakan manusia bisa dijawab oleh ilmu pengetahuan, karena ilmu itu terbatas, oleh subyeknya, si peneliti (obyek) baik obyek materiil maupun obyek normanya, oleh metodologinya.
Tidak semua masalah yang tidak terjawab oleh ILMU lantas dengan sendirinya bisa dijawab oleh FILSAFAT. Jawaban FILSAFAT sifatnya SPEKULATIF dan ALTERNATIF tentang sesuatu masalah azasi yang sama terdapat berbagai JAWABAN FILSAFAT atau FILSUF sesuai atau sejalan dengan titik tolak AKHLI FILSAFAT itu, sedangkan AGAMA memberikan jawaban tentang berbagai azasi yang sama sebab tidak terjawab oleh ILMU yang dipertanyakan (tidak terjawab) secara tuntas oleh FILSAFAT akan tetapi perlu ditegaskan disini, tidak semua persoalan manusia ada jawabannya dalam AGAMA, adapun soal-soal manusia yang tidak ada jawabannya dalam agama dapat kita sebutkan:
Soal-soal kecil, detail yang tidak prinsipil: contoh jalan sebelah kiri atau sebelah kanan, soal rambut panjang atau pendek, soal cek atau wesel.
Persoalan-persoalan yang tidak secara jelas dan tegas, terdapat dalam AL-QUR'AN dan AS SUNNAH yang diserahkan kepada IJTIHAD (hasil daya pemikiran manusia yang tidak berlawanan dengan jiwa dan semangat AL-QUR'AN dan AS SUNNAH)
Persoalan-persoalan yang tetap merupakan misteri, diliputi rahasia yang tidak terjangkau akal budi dan fakultas-fakultas rohani manusia lainnya karena keterbatasannya, yang merupakan ilmu (dengan sifat mutlak ALLAH AWT) yang karena kebijaksanaannya tidak dilimpahkan kepada manusia seperti HAKEKAT, ROH, QODLO, QADAR dan lain-lain. Dengan kekuatan akal budi (ILMU dan FILSAFAT) manusia "NAIK" menghampiri dan memetik kebenaran yang bisa dijangkau oleh kapasitasnya sendiri yang terbatas itu, disamping itu karena sifat rahmat-Nya berkenan menurunkan WAHYU kepada umat manusia di muka planet bumi ini agar mereka menemukan kebenaran AZASI yang tidak dapat dicapai dan ditemukan sekedar kekuatan akalbudinya semata.
ALLAH SWT telah menganugerahkan kepada manusia; alam, akal budi, dan wahyu. Dengan akal budinya manusia dapat lebih memahami baik ayat QUR'ANIAH (WAHYU) maupun ayat KAUNIAH (ALAM) untuk kebahagiaan mereka yang hakiki.
SOURCE: http://gudangilmuhukum.blogspot.co.id/2010/08/filsafat-ilmu.html