PENGERTIAN FILSAFAT ILMU
Meskipun secara historis antara ilmu dan filsafat
pernah merupakan suatu kesatuan, namun dalam perkembangannya mengalami
divergensi, dimana dominasi ilmu lebih kuat mempengaruhi pemikiran manusia,
kondisi ini mendorong pada upaya untuk memposisikan ke duanya secara tepat
sesuai dengan batas wilayahnya masing-masing, bukan untuk mengisolasinya
melainkan untuk lebih jernih melihat hubungan keduanya dalam konteks lebih
memahami khazanah intelektuan manusia.
Harold H. Titus mengakui kesulitan untuk
menyatakan
secara tegas dan ringkas mengenai hubungan antara ilmu dan filsafat, karena
terdapat persamaan sekaligus perbedaan antara ilmu dan filsafat, disamping
dikalangan ilmuwan sendiri terdapat perbedaan pandangan dalam hal sifat dan
keterbatasan ilmu, dimikian juga dikalangan filsuf terdapat perbedaan pandangan
dalam memberikan makna dan tugas filsafat.
Adapun persamaan (lebih tepatnya persesuaian)
antara ilmu dan filsafat adalah bahwa keduanya menggunakan berfikir reflektif
dalam upaya menghadapi/memahami fakta-fakta dunia dan kehidupan, terhadap
hal-hal tersebut baik filsafat maupun ilmu bersikap kritis, berfikiran terbuka
serta sangat konsern pada kebenaran, disamping perhatiannya pada pengetahuan
yang terorganisisr dan sistematis.
Sementara itu perbedaan filsafat dengan ilmu lebih
berkaitan dengan titik tekan, dimana ilmu mengkaji bidang yang terbatas, ilmu
lebih bersifat analitis dan deskriptif dalam pendekatannya, ilmu menggunakan
observasi, eksperimen dan klasifikasi data pengalaman indra serta berupaya
untuk menemukan hukum-hukum atas gejala-gejala tersebut, sedangkan filsafat
berupaya mengkaji pengalaman secara menyeluruh sehingga lebih bersifat inklusif
dan mencakup hal-hal umum dalam berbagai bidang pengalaman manusia, filsafat
lebih bersifat sintetis dan sinoptis dan kalaupun analitis maka analisanya
memasuki dimensi kehidupan secara menyeluruh dan utuh, filsafat lebih tertarik
pada pertanyaan kenapa dan bagaimana dalam mempertanyakan masalah hubungan
antara fakta khusus dengan skema masalah yang lebih luas, filsafat juga
mengkaji hubungan antara temuan-temuan ilmu dengan klaim agama, moral serta
seni.
Dengan memperhatikan ungkapan di atas nampak bahwa
filsafat mempunyai batasan yang lebih luas dan menyeluruh ketimbang ilmu, ini
berarti bahwa apa yang sudah tidak bisa dijawab oleh ilmu, maka filsafat
berupaya mencari jawabannya, bahkan ilmu itu sendiri bisa dipertanyakan atau
dijadikan objek kajian filsafat (Filsafat Ilmu), namun demikian filsafat dan
ilmu mempunyai kesamaan dalam menghadapi objek kajiannya yakni berfikir
reflektif dan sistematis, meski dengan titik tekan pendekatan yang
berbeda.
Dengan demikian, Ilmu mengkaji hal-hal yang
bersifat empiris dan dapat dibuktikan, filsafat mencoba mencari jawaban
terhadap masalah-masalah yang tidak bisa dijawab oleh Ilmu dan jawabannya
bersifat spekulatif, sedangkan Agama merupakan jawaban terhadap masalah-masalah
yang tidak bisa dijawab oleh filsafat dan jawabannya bersifat mutlak/dogmatis.
Menurut Sidi Gazlba (1976), Pengetahuan ilmu lapangannya segala sesuatu yang
dapat diteliti (riset dan/atau eksperimen); batasnya sampai kepada yang tidak
atau belum dapat dilakukan penelitian. Pengetahuan filsafat : segala sesuatu
yang dapat dipikirkan oleh budi (rasio) manusia yang alami (bersifat alam) dan
nisbi; batasnya ialah batas alam namun demikian ia juga mencoba memikirkan
sesuatu yang diluar alam, yang disebut oleh agama “Tuhan”. Sementara itu Oemar
Amin Hoesin (1964) mengatakan bahwa ilmu memberikan kepada kita pengetahuan,
dan filsafat memberikan hikmat. Dari sini nampak jelas bahwa ilmu dan filsafat
mempunyai wilayah kajiannya sendiri-sendiri
Meskipun filsafat ilmu mempunyai substansinya yang
khas, namun dia merupakan bidang pengetahuan campuran yang perkembangannya
tergantung pada hubungan timbal balik dan saling pengaruh antara filsafat dan
ilmu, oleh karena itu pemahaman bidang filsafat dan pemahaman ilmu menjadi
sangat penting, terutama hubungannya yang bersifat timbal balik, meski dalam
perkembangannya filsafat ilmu itu telah menjadi disiplin yang tersendiri dan
otonom dilihat dari objek kajian dan telaahannya.
Filsafat ilmu diperkenalkan sekitar abad XIX oleh
sekelompok ahli ilmu pengetahuan dari universitas wina. Para ahli ilmu
pengetahuan yang dipelopori oleh Moris Schlick membentuk suatu perkumpulan yang
disebut Wina circle untuk menyatukan semua disiplin ilmu
(kimia,fisika,matematika) pada suatu bahasa ilmiah dan cara bekerja ilmiah yang
pasti dan logis. Bidang keilmuan membutuhkan proses kerja ilmiah yang relevan
dengan pokok perhatian yang lebih spesifik. Karena itu saat ini filsafat ilmu
sudah semakin berkembang dan menjadi filsafat modern yang dibutuhkan dalam
setiap ilmu.
Setelah mengenal pengertian dan makna apa itu filsafat
dan apa itu ilmu, maka pemahaman mengenai filsafat ilmu tidak akan terlalu
mengalami kesulitan. Hal ini tidak berarti bahwa dalam memaknai filsafat ilmu
tinggal menggabungkan kedua pengertian tersebut, sebab sebagai suatu istilah,
filsafat ilmu telah mengalami perkembangan pengertian serta para akhli pun
telah memberikan pengertian yang bervariasi, namun demikian pemahaman tentang
makna filsafat dan makna ilmu akan sangat membantu dalam memahami pengertian
dan makna filsafat ilmu (Philosophy of science).